Kamis, 05 Januari 2012


 Pribadi Muslim Menurut Al Quran dan Sunnah

Bismillahirrahmanirrahiim..

Assallamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

❀❀.• ¸.•'´) ¸.•'´) •.¸¸¸¸.•*¨*•¸¸.♥♥

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Sebagai Rahmatan Lil Alamin,Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, sebagai rahmat bagi manusia.Meyelamatkan mereka dari kesesatan yang akan menjerumuskan ke dalam neraka,Menuntun mereka ke jalan Hidayah yang akan mengantarkan mereka ke Surga,jalan menunju surga adalah jalan yang jelas dan mudah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan batasan-batasannya dan mewajibkan adab-adabnya,barangsiapa berkomitmen dan berpegang teguh dengannya,akan diantarkan kepada tujuan,akan tetapi barangsiapa yang melampaui batas dan menyalahinya,akan dicampakkan ke dalam neraka,,Naudzubillah.”Sesunguhnya apa yang telah ditetapkan dan diwajibkan Allah Subhanahu wa Ta’ala,ada batas kemampuan manusia.Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesesusahan bagi hamba-Nya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dipilh oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagai utusan-Nya,pembawa berita dan pemberi peringatan yang tertuang dalam Al-Qur’an.Wahyu  Allah Subhanahu wa Ta’ala,yang disertai petunjuk pelaksanaanya yang berupa Sunnah yang shahih,Sunnah adalah aplikasi perbuatan dalam tataran kehidupan sehari-hari yang di contohkan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

Al-Qur’an dan Sunnah adalah dua pusaka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  yang harus selalu dirujuk setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang sangat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan Sunnah adalah pribadi yang shaleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Persepsi atau gambaran masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah-nya saja.

Padahal, itu hanyalah salah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Bila disederhanakan,  ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim yaitu :

1.Salimul Aqidah (Aqidah yang Bersih)

Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya.

Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi ALLAH tuhan semesta alam” (QS. Al-An’aam : 162).

Karena aqidah yang bersih merupakan sesuatu yang amat penting, maka pada masa awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.

2. Shahihul Ibadah (Ibadah yang Benar)

Shahihul Ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam   yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda:

“Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”.

“Shalat itu merupakan tiang Agama,barangsiapa yang mendirikannya,maka ia telah mendirikan Agama,Dan barangsiapa yang meninggalkannya, berarti ia telah meruntuhkan Agama.”(H.R. Baihaqi)

Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam   yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq (Akhlaq yang Kokoh)

Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  maupun dengan makhluk-makhlukNya. Dengan akhlaq yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam diutus untuk memperbaiki akhlaq dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaqnya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala  di dalam Al Qur’an.

Allah Subhanahu wa Ta’ala  Berfirman :
:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlaq yang agung” (QS. Al-Qalam : 4 ).

4. Qawiyyul Jismi (Kekuatan Jasmani)

Qawiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, shaum/puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala   dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim)

5. Mutsaqqaful Fikri (Intelek dalam Berfikir)

Mutsaqqaful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah fatanah (cerdas). Al Qur’an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang menyemangati manusia untuk berfikir,

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah ALLAH menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS. Al-Baqarah : 219).

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

 Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar : 9).

6. Mujahadatul Linafsihi (Berjuang melawan Hawa Nafsu)

Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan.

Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

“Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)

7. Harishun Ala Waqtihi (Pandai menjaga Waktu)

Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari ALLAH dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala  banyak bersumpah di dalam Al Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala  memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi.

Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam  adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni “

“Waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin”.

8. Munazhzhamun fi Syuunihi (Teratur dalam suatu Urusan)

Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga,  Allah Subhanahu wa Ta’ala  menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam menunaikan tugas-tugas.

9. Qadirun Alal Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri)

Qadirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi.

Karena, pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umrah, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.

Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rezeki yang telah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau keterampilan.

10. Nafi’un Lighairihi (Bermanfaat bagi Orang Lain)
Nafi’un lighairihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.

Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini,

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

 “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir)

Sahabat-sahabat yang di Rahmati Allah Subhanau wa Ta’ala,Mudah-mudahan manfaat  buat kita semua, yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,yang kurang dan khilaf mohon sangat  dimaafkan ’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq  Watawa saubil shabr “.Semoga  pula Allah Subhanahu wa Ta’ala . senantiasa menunjukkan kepada kita semua pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-Nya..Aamiin Allahuma AAmiin. .



(¯`v´¯) ♥♥°˜¨•
`•.¸.•´ ♥♥
¸.•´... ¸.•´¨) ¸.•*¨)** *
.•*´¨`*•. (`'•.¸ ¸.•'´) .•*´¨`*•.♥ ♥.•*´¨`*•. (`'•.¸ ¸.•'´) .•*´¨`*•.
(⁀‵⁀) ..••.¸ .Salam Santun Erat  Silaturahmi
`
´¸.•°*”˜˜”*°•         &   Ukhuwah Fillah ALL
..¸.•°*”˜˜”*°•.
/˚ •* ˚˚ ˛* °.
/*˛˚ •˚ *
/ \ ˚.
.¸.•. ..¸.•.
°•˚◦♥◦˚•°¸.••. ¸.••.❀❀.•.¸

Senin, 02 Januari 2012


(`'•.¸ Tata Cara Pelaksanaan ¸.•'´)
Shalat Istikharah

❀❀.• ¸¸.•*•♥♥•*¨.••.✿❀❀.• ¸¸.•*•♥♥

Bismillahirrahmanirrahiim..

Assallamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
                                                  
❀❀.• ¸¸.•*•♥♥•*¨.••.✿❀❀.• ¸¸.•*•♥♥

Shalat Istikharah adalah shalat sunnat dua rakaat untuk memohon petunjuk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam hal menentukan pilihan dari dua perkara yang belum diketahui baik dan buruknya. Pelaksanaan shalat istikharah tak ada bedanya dengan shalat biasa. Kata Istikharah dalam bahasa Arab berarti minta dipilihkan yang terbaik ,seseorang  melakukan shalat Istikharah biasanya apabila ia merasa ragu untuk memilih.


Dalam sebuah Hadist dikatakan, Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu  berkata :


“Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kami beristikharah pada segala macam urusan kami, seperti beliau mengajarkan kepada kami surat Al-Qur’an.”


Apabila manusia tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapkan dengan akal dan fikiran maka ia mengadukan masalah tersebut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar Allah dapat membantu memilihkan keputusan mana yang harus diambil. Cara meminta pilihan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala itu dapat dilakukan bermacam-macam, antara lain dengan berdoa agar Allah Subhanahu wa ta’ala memberi hidayah, atau melakukan Shalat dua rakaat. Shalat dua rakaat inilah yang disebut dengan Shalat Istikharah.


Sepanjang masalah tersebut masih dapat diselesaikan oleh akal, maka manusia dapat hidup dengan tenang. Tetapi  ketika  persoalan atau masalah itu tidak dapat diselesaikan oleh akal, karena akal manusia itu sendiri mempunyai keterbatasan, dan akal sudah menyerah dan sudah tidak dapat dipergunakan untuk berfikir lagi.


Kalau sudah demikian, kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita memohon pertolongan, mengadu dan meminta yang terbaik , Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, menganjurkan umatnya agar melakukan Shalat Istikharah. Anjuran Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam ini berkaitan dengan fitrah manusia yang mempunyai hati Nurani sebagai tempat bersemayamnya kemauan dan ketaqwaan.


Fungsi dan tujuan Shalat Istikharah terlihat yaitu pada ketika manusia sedang nyenyak tidur dan dunia hening tanpa ada suara yang hiruk pikuk, pada saat itu seorang hamba, Shalat   sunnat dua rakaat memanjatkan doa dan mengadukan nasibnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Hati yang teguh disertai keyakinan yang kuat akan kebenaran agama Islam, niscaya semua kesulitan akan terpecahkan secara baik karena Shalat Sunnat Istikharah memberikan arah dan ketentraman kepada jiwa yang sedang kalut. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan petunjuk  melalui Rahmat- Nya kepada hati sanubari . Hati sanubari inilah kemudian yang menggerakkan raga hambanya  untuk memilih salah satu yang ditunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Oleh karena itu, pengertian Shalat Istikharah adalah Shalat Sunnat dua raka’at yang dimaksudkan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk membantu memecahkan atau memilihkan suatu hal yang belum dapat diselesaikan. Sementara manusia sebagai mahluk berfikir diberi akal dan hati nurani sebagai alat pertimbangan dalam kehidupan. Tetapi apabila ada sesuatu yang tidak terjangkau oleh akal dan fikiran manusia, maka disaat itulah diperlukan keimanan.


Shalat  Sunnat Istikharah hanya dua rakaat. takbiratul ihram, pada rakaat pertama, setelah membaca Al-Fatihah disunatkan membaca surat Al-Kafirun, dan pada rakaat kedua setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas. Setelah salam membaca doa yang dianjurkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut :



DOA  SETELAH  SHALAT  ISTIKHARAH :


Allaahumma inni astakhiiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratika wa as aluka min fadhlikal azhiim. Fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wata’lamu wa laa a’lamu, wa anta allaamul ghuyuub.

“Allaahumma inkunta ta’lamu anna haadzal amra khairun lii fii diinii wama’aasyii wa ‘aaqibati amrii, ‘aajili amrii wa aajilihi faqdurhu lii wa yassirhu lii tsumma baarikliifiihi. Wa inkunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibatu amrii ‘aajili amrii wa aajilihi fashrif annii washrifni ‘anhu waqdur liyal khairahaytsu kaana tsumma ardhinii bihi, innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir”.


“Ya Allah pilihkanlah untukku dengan kekuatan ilmu-MU, tentukanlah untukku dengan kehendakm-MU, aku minta kemurahan-MU yang sangat luas, karena Engkaulah yang bisa menentukan sesuatu dan aku tidak bisa, Engkau maha mengetahui apa yang tidak ku ketahui, dan Engkaulah yang paling tahu hal-hal yang ghaib. Ya Allah, jika sesuatu ini menurut-MU baik bagi diriku, kehidupanku dan kesudahan perkaraku maka pilihlah dia untukku dan mudahkanlah dia bagiku kemudian berkahilah, dan seandainya ini menjadi malapetaka bagiku, agamaku, kehidupanku dan kesudahan perkaraku maka jauhkanlah dia dariku sejauh-jauhnya, dan berilah aku kebaikan di mana saja berada dan ridhailah aku karenanya”. ( HR Bukhari ).


Setelah selesai berdoa,  Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi hidayah kedalam hati kita  sampai kita menemukan kemantapan  untuk memimilih.  Dan apabila masih juga ragu-ragu, maka disunatkan mengulangi shalat istikharah itu sampai menemukan kemantapan.


Sebagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. pernah menyuruh sahabat Anas bin Malik Rhadiyallahu Anhu untuk mengulangi shalat istikharahnya karena dia masih ragu-ragu. Dan apabila kita berhalangan atau tidak mampu melakukan shalat istikharah maka disunatkan untuk membaca doanya saja.


Sahabat-sahabat yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,demikian semoga manfaat  buat kita semua, Yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,yang kurang dan khilaf mohon sangat  dimaafkan ’’Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq  Watawa saubil shabr “.dan Semoga  pula  Allah Subhanahu wa ta’ala . Senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai-NYA....Aamiin Allahuma AAmiin.

.•Walhamdulillah Rabbil’alamin •.


¸.••. ¸.••.❀❀❀
(⁀‵⁀) ..••.¸✿ ✿.Salam Santun Erat  Silaturahmi
`
´¸.•°*”˜˜”*°•         &   Ukhuwah Fillah ALL
..
¸.•°*”˜˜”*°•.
/˚ •* ˚˚ ˛* °.
/
*˛˚ •˚ *
/ \ ˚.
.¸.••. ..••.¸✿ ✿¸.•.